Training Bantuan Hidup Dasar - Erdams FKK UMJ
Headlines News :

ERDAMS FKK UMJ

Home » » Training Bantuan Hidup Dasar

Training Bantuan Hidup Dasar

Written By Unknown on Senin, 11 November 2013 | 23.25



1. PENDAHULUAN
Usaha yang dilakukakan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar/Basic Life Support (BLS). Sedangkan bantuan yang diberikan pada pasien /korban yang dilakukan dirumah sakit sebagai kelanjutan dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut/Advance Cardiac Life Support (ACLS).
Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan penilaian dini. Jika dalam penilaian dini penolong menemukan gangguan pada salah satu dari tiga komponen ini:

a. Tersumbatnya jalan nafas
b. Tidak menemukan adanya nafas
c. TidaK ada nadi
Maka penolong harus segera melakukan tindakan Bantuan Hidup dasar

2. BANTUAN HIDUP DASAR/ BHD (BASIC LIFE SUPPORT)
A. SISTEM PERNAFASAN DAN SIRKULASI
- Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yang utama adalah sistem pernafasan dan sistem sirkulasi
- Kedua sistem ini meruapakan komponen utama dalam mempertahankan hidup.Terganggunya salah satu fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan nyawa. Tubuh dapat menyimpan makanan untuk beberapa minggu dan menyimpan air untuk beberapa hari, tetapi hanya dapat menyimpan oksigen (O²) untuk beberapa menit saja.
- Sistem pernafasan mensuplai oksigen kedalam tubuh sesuai dengan kebutuhan dan juga mengeluarkan karbondioksida (CO²). Sistem sirkulasi inilah yang bertanggungjawab memberikan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh.
B. Komponen-komponen yang berhubungan dengan sirkulasi adalah:
- Jantung
- Pembuluh Darah ( Arteri, Vena, Kapiler)
- Darah dan kompone-komponennya.Jantung berfungsi untuk memompa darah dan kerjanya sangat berhubungan erat dengan sistem pernafasan, pada umumnya semakin cepat kerja jantung semakin cepat pula frekuensi pernafasan dan sebaliknya.
C. Jantung dapat berhenti bekerja karena banyak sebab,diantaranya:
- Penyakit jantung
- Gangguan pernafasan
- Syok
- Komplikasi penyakit lain: Stroke
- Penurunan kesadaran
D. KENAPA AIRWAY PRIORITAS PERTAMA
Pembunuh yang tercepat pada penderita trauma adalah ketidakmampuan untuk mengantarkan darah yang teroksigenisasi ke otak dan struktur vital lainnya. Pencegahan hipoksemia memerlukan airway yang terlindungi, terbuka dan ventilasi yang cukup merupakan prioritas yang harus didahulukan dibanding yang lainnya. Bagaimana mungkin dapat memenuhi kebutuhan oksigen apabila jalan napasnya tersumbat, apalagi jika mengalami sumbatan total. Semua penderita trauma memerlukan oksigen. OLeh karena itu setiap gangguan pada airway harus segera ditangani.
E. 1. MATI
Dalam istilah kedokteran dikenal dengan dua istilah untuk mati: mati klinis dan mati biologis
- Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut nadi.Mati klinis dapat reversible.Pasien /korban mempunyai kesempatan waktu selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi,sehingga memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi kembali.
- Mati Biologis
Terjadi kematian sel, dimana kematian sel dimulai terutama sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8 – 10 menit dari henti jantung.
Apabila Bantuan Hidup Dasar dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti tampak pada tabel di bawah ini:
Keterlambatan Kemungkinan berhasil (%)
1 menit 98 dari 100
2 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100

2. TANDA-TANDA PASTI BAHWA PASIEN/KORBAN SUDAH MENGALAMI KEMATIAN :
a. Lebam mayat
Muncul sekitar 20 – 30 menit setelah kematian, darah akan berkumpul pada bagian tubuh yang paling rendah akibat daya tarik bumi. Terlihat sebagai warna ungu pada kulit.
b.Kakumayat
Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah kematian. Terjadi 1- 23 jam kematianHIR;IOGV;OIABHB
c. Tanda lainnya : cedera mematikan
Cedera yang bentuknya begitu parah sehingga hampir dapat dipastikan pasien/korban tersebut tidak mungkin bertahan hidup.
F. AHA (American Heart Association) :
Pasien/korban mengalami henti nafas dan henti jantung mempunyai harapan hidup lebih baik jika semua langkah dalam ”rantai penyelamatan”(Chain of Survival) dilakukan. Rantai ini diperkenalkan oleh AHA (American Heart Association) :
1. Kecepatan dalam permintaan bantuan
2. Kecepatan dalam melakukan RJP (Resusitasion Jantung Paru)
3. Kecepatan dalam melakukan Defibrilasi
4. Kecepatan dalam pertolongan Hidup Lanjut di RS (Advance
Cardiac Life Support)
G. INDIKASI
a. Henti Nafas
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan pada pasien/korban yang ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari pasien/korban. Merupakan kasus yang harus dilakukan Bantuan Hidup dasar. Henti nafas sendiri dapat disebabkan atau terjadi karena:
Tenggelam
- Stroke
- Obstruksi jalan nafas
- Epiglositis
- Overdosis karena obat
- Tersengat listrik
- Infark miokard
- Tesambar petir
- Koma akibat berbagai macam kasus

Pada saat awal terjadinya henti nafas oksigen(O²) masih beredar dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih berdenyut sehingga darah masih disirkulasikan keseluruh tubuh termasuk organ vital lainya terutama otak. Bila pada keadaan ini diberikan bantuan nafas akan sangat bermanfaat dan dapat mencegah terjadinya henti jantung.
b. Henti Jantung
Pada keadaan henti jantung sirkulasi berhenti. Keadaan ini dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen( O²) dan biasanya ditandai dengan tanda awal nafas yang tersengal-sengal atau” air Hunger”.
Tujuan dari bantuan hidup dasar sendiri, yaitu: Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)

Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Dalam melakukan RJP dibagi menjadi dua tahap:
a. Survei Primer ( Primary Survey)
Dapat/boleh dilakukan oleh setiap orang ( orang awam) yang sudah dilatih BHD
b. Survei Sekunder (Secondary survey)
Dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer (advance)
A. SURVE PRIMER
Survei ini difokuskan pada bantuan nafas dan sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan pada survei primer ini dirumuskan dengan huruf abjad : A, B, C, dan D.
A airway (jalan nafas)
B breathing (bantuan nafas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
D defibrillation (terapi listrik)
Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada pasien/korban, yaitu:
- Memastikan keamanan lingkungan
Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.
- Memastikan kesadaran pasien/korban
Dalam memastikan pasien/korban dapat dilakukan dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien/korban dengan lembut dan mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/Bu!!!!/ Mas!!!/Mbak!!!, dll.
- Meminta pertolongan
Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan dengan cara : berteriak ”tolong !!!!”beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada.
A . (AIRWAY) JALAN NAFAS
Setelah melakukan tahap awal kemudian :
1. PEMERIKSAAN JALAN NAFAS
Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada mulukorban)
2. MEMBUKA JALAN NAFAS
Pada pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas.Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi ( Head tild Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula ( Jaw thrush manuver).
B . ( B R E A T H I N G ) BANTUAN NAFAS
Terdiri dari 2 tahap :
1.Memastikan pasien/korban tidak bernafas
Dengan cara melihat pergerakan naik turunya dada, mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas, dengan tehnik penolong mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung pasien/korban sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Dilakukan tidak lebih dari 10 detik

3 Memberikan bantuan nafas
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma( lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml – 1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang.Konsentrasi oksigen yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien.
Cara memberikan bantuan pernafasan :
1. Mulut ke mulut
Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung
2. Mulut ke hidung
Direkomendasikan bila bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau luka berat.Penolong sebaiknya menutup mulut pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas.
3. Mulut ke stoma
Dilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.
C . CIRCULATION (SIRKULASI)
Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban
Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selam 5 – 10 detik. Bila teraba penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.
2. Memberikan bantuan sirkulasi
Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan cara:
a. Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum)
b. Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.
c. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain.Hindari jari-jar menyentuh didnding dada pasien/korban.
d. Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan 1,5 – 2 inchi ( 3,8 – 5 cm)
e. Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi.Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50% duty cycle)
f. Tangan tidak boleh berubah posisi
g. Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 15 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolong.Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 4 siklus.
Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg dan diastolik yang sangat rendah.Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.
D. DEFEBRILATION
Terapi dengan memberikan energi listrik Dilakukan pada pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel fibrilasi.Pada penggunaan orang awam tersedia alat Automatic External Defibrilation (AED)
B. SURVEI SEKUNDER (SECONDARY SURVEY)
Dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer (advance)

3. PENILAIAN ULANG
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali
Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 15 : 2
Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi sisi mantap
Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.
4. ALUR
PASTIKAN LINGKUNGAN AMAN
PASTIKAN KESADARAN KORBAN
MINTA PERTOLONGAN
PERBAIKI POSISI KORBAN
POSISI PENOLONG
AIRWAY Pertahankan airway
(Periksa jalan nafas) Recovery position
(Buka jalan nafas)

BREATHING TIDAK beri Nafas 12x/mnt
(Pastikan ada/tidak nafas)

ADA TIDAK

Bantuan nafas 2 kali

CIRCULATION
(Pastikan ada / tidak nadi)
ADA TIDAK

BANTUAN SIRKULASI
(30 kali kompresi 2 kali blow)
dilakukan 5 kali siklus
CEK NADI
5. KESIMPULAN
Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan penilaian dini, memastikan lingkungan aman , memastikan kesadaran korban, meminta pertolongan, perbaiki posisi korban, dan berikan bantuan hidup dasar sesuai dengan alur dia atas. Jangan ragu –ragu dalam memberikan pertolongan. Yakin lah bahwa anda mampu melakukan pertolongan dan hati –hati .
Semoga apa yang kita pelajari hari ini dapat bermanfaat di kemudian hari . tetap lah selalu hati – hati dalam bekerja.
Safety first .............yess....accident ...........no .
Wassalam,

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Erdams FKK UMJ - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template